
Walau Sepi Pembeli, Tapi Rasa Berbagi Bu Atun Tetap Kuat
Suatu sore di bulan Agustus si ibu berkata pada anaknya “Jar, kalau ga ambil jamur ke petani lagi ga apa kan ya? Soalnya jamur ibu masih banyak”. Bu Atun namanya, diusianya yang sudah masuk ke 58 tahun ini dia masih tetap harus berjualan jamur kriwil. Sudah sekitar empat tahun bu Atun ditinggal meninggal oleh suaminya.
Sebelum pandemi Covid 19 menyerang Indonesia, setiap hari bu Atun bisa menjual jamur kriwil simba sekitar 10 hingga 15 kilo dengan omset sebesar 500 hingga 700ribu rupiah per hari. Namun, semenjak pandemi bahkan lebih parah lagi saat PPKM, 5 kilo jamur saja baru bisa habis hingga 3 hari.
Walau kondisi jualannya sepi pembeli, namun niat baik bu Atun untuk bantu sesama tetaplah kuat. Seperti ketika petani jamur menawarkan jamurnya kepada dia, karena jika tidak diambil jamurnya maka jamur petani itu akan busuk. Akhirnya karena jamur kriwilnya masih jarang pembeli, bu Atun berinisiatif untuk mengirimkan jamur kriwil kepada orang-orang yang kena Covid 19 secara gratis.
Karena baginya yang penting bisa bantu petani, jamur tetap digoreng dan bisa nyenengin orang-orang pakai jamur kriwilnya. Setidaknya sekitar 30an kotak jamur kriwil dengan ukuran 2 liter diberikan secara gratis kepada teman-teman anaknya yang terdampak Covid 19.
Bu Atun tidak menyangka jika di hari Jumat 3 September 2021 dia mendapatkan uang tunai satu juta rupiah dari YBM PLN melalui program Borong Berbagi Pedagang Kecil. Air matapun terlihat menetes dari matanya, dengan semangat bu Atun pun membagi-bagikan secara gratis jamur kriwilnya bagi orang-orang yang lewat di depan gerobaknya. Sebelum tim YBM PLN pulang, tercetus dari bu Atun bahwa dia mau membagi-bagikan secara gratis jamur kriwilnya di hari Jumat pekan depan dengan uang yang diberikan oleh YBM PLN.